Kisah Newsweek yang Terseok-seok Hingga Merugi  

Written By Unknown on Jumat, 19 Oktober 2012 | 10.44

Jum''at, 19 Oktober 2012 | 09:04 WIB

TEMPO.CO, New York - Transisi majalah berita terkemuka Newsweek ke format digital pada awal 2013 mengagetkan banyak pihak. Majalah yang didirikan sejak tahun 1933 itu mendapatkan tempat terhormat di dunia media Amerika, yang saat itu bersaing dengan majalah Time mingguan. Newsweek telah memberikan informasi penting kepada jutaan pembaca Amerika pada saat itu. Dalam era pra-Internet, sebelum informasi real-time tersedia, dua majalah tersebut dipandang sebagai salah satu sumber informasi serta analisis terbaik dan dapat dipercaya.

Seiring kemajuan teknologi Internet, kedua majalah itu berjuang untuk terus ''hidup'' dan beradaptasi dengan masuknya Internet, meski mereka mengalami penurunan dalam iklan dan sirkulasi. Pada tahun 2001, Newsweek memiliki sirkulasi total sebesar 3.158.480. Sedangkan menurut Biro Audit Sirkulasi pada Juni tahun ini, penurunan begitu tajam hingga setengahnya, sebanyak 1.527.157.

Kerugian setiap penerbitan majalah terus meningkat. Bahkan, setelah majalah diambil alih oleh Sidney Harman, seorang tokoh audio berusia 92 tahun, pada 2010 tak terlihat perubahan berarti. Harman akhirnya ikut bergabung dengan Tina Brown dan mendirikan The Daily Beast, sebuah situs Web yang dimiliki oleh IAC/Inter ActiveCorp.

Brown adalah salah seorang pendiri The Daily Beast dan orang yang berada di belakang penggabungan dengan Newsweek, serta yang mengumumkan peralihan majalah tersebut ke media online.

Masa suram Newsweek makin terlihat ketika Harman meninggal pada musim semi 2011. Saat itu, ahli warisnya mengatakan akan terus mendukung Newsweek meski terseok-seok. Tapi, pada musim panas lalu, keluarga mengumumkan tidak akan berinvestasi lagi pada Newsweek.

Brown sendiri, yang telah memiliki pengalaman sebagai editor di majalah Vanity Fair, The New Yorker, dan Talk, mengatakan bahwa dia memiliki kontrol atas apa yang terjadi pada industri majalah yang lebih luas.

"Anda tidak bisa langsung mengubah era informasi yang begitu cepat. Tidak ada satu pun orang yang mampu menyanggah dengan tren digital," katanya.

Kabarnya, Newsweek memiliki kerugian hingga US$ 40 juta per tahun. Dan Barry Diller, pemimpin IAC serta pemilik The Daily Beast dan Newsweek, mengatakan, tidak akan menanggung terus kerugian tersebut.

"Sehari-hari kantor kami selalu diisi dengan konsultan yang berlari-lari panik, dan ada beberapa namanya di dalam daftar (PHK). Kami yakin pasti ada sesuatu yang salah," kata salah seorang pekerja yang tidak mau disebutkan namanya, yang khawatir akan kena PHK juga. Salah seorang yang kena PHK adalah Jack Griffin, mantan kepala Time Inc.

Brown menegaskan, memang ada pengurangan karyawan. "Sayangnya, kami harus mengurangi staf dan perampingan editorial. Operasi bisnis kami sangat penting bagi Amerika Serikat dan dunia internasional," kata Brown dalam pernyataannya.

THE NEW YORK TIME | ALIA FATHIYAH

Berita Lain:
Ditanya Soal Jadi Capres 2016, Ini Jawaban Hillary
Pianis Turki Diadili karena Penghinaan Agama
Kode Bos Badan di DPR dalam Kasus Calo Anggaran
Usai Vonis Wa Ode, KPK Gali Peran Tamsil-Mirwan Cs
Buru Teroris Poso, Aparat Kepung Tamanjeka


Anda sedang membaca artikel tentang

Kisah Newsweek yang Terseok-seok Hingga Merugi  

Dengan url

http://teknologiseo.blogspot.com/2012/10/kisah-newsweek-yang-terseok-seok-hingga.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Kisah Newsweek yang Terseok-seok Hingga Merugi  

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Kisah Newsweek yang Terseok-seok Hingga Merugi  

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger