Monsun Asia Picu Hujan Jakarta?

Written By Unknown on Sabtu, 19 Januari 2013 | 10.44

Sabtu, 19 Januari 2013 | 09:17 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Hujan lebat yang mengguyur ibu kota sejak Rabu lalu berasal dari sabuk awan yang diciptakan oleh fenomena monsun. Sabuk awan itu terbentuk dari uap air asal India dan Laut Cina Selatan yang diseret angin ke atas Pulau Jawa.

"Siklus angin ini terjadi setiap enam bulan," kata Zadrach Ledoufij Dupe, dosen meteorologi dari Institut Teknologi Bandung, Jumat, 18 Januari 2013. Dia menjelaskan, cuaca Indonesia memang sangat dipengaruhi pergerakan angin dari Asia dan Australia.

Kedua benua yang berada di utara dan selatan negeri ini tersebut bergantian mengirim angin melalui fenomena monsun. Pada Oktober-Maret, angin bertiup dari Australia, sebelum berganti angin dari Asia.

"Arah angin pada monsun ditentukan oleh posisi matahari," kata Zadrach. Pada Januari seperti sekarang, matahari berada di selatan garis Khatulistiwa. Ini membuat angin dari Asia bertiup ke Australia yang panas. Ketika bergerak, angin ini menarik uap air dari daratan Asia dan Laut Cina Selatan.

Pada saat bersamaan, ada angin lain dari Samudra Hindia yang menghadang dari selatan. Tumbukan dua angin ini membuat uap air terkumpul dan terangkat ke atmosfer lebih atas sambil membentuk awan hujan. "Tumbukan dua angin ini yang menciptakan sabuk awan hujan," kata Zadrach.

Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Mulyono Prabowo, setuju jika hujan Jakarta sejak Rabu lalu disebut sebagai produk akhir dari monsun Asia. Keteraturan monsun ini membuat BMKG bisa menebak puncak musim hujan di Jakarta bakal terjadi pada periode Januari dan Februari.

Mulyono menjelaskan, akibat sabuk awan hujan di atas Jawa, hujan sepekan terakhir ini mengucur deras di daerah yang sangat luas. Tahun ini, hujan lebat terjadi hampir di seluruh wilayah Jakarta. Citra satelit yang dimiliki BMKG menunjukkan sabuk awan hujan kali ini berukuran raksasa, sebanding dengan sepertiga luas Pulau Jawa. "Akibatnya, banjir lebih luas," kata Mulyono ketika dijumpai di kantor BMKG.

Ini berbeda dengan banjir pada 2007. Ketika itu hujan lebat hanya terjadi di Ciledug. Wilayah lain di Jakarta hanya disiram hujan ringan. Perbedaan itu dipicu oleh fenomena La Nina yang terjadi berbarengan dengan monsun Asia. Rekor curah hujan harian tertinggi enam tahun lalu sampai 340 mm.

Meski hujan pekan ini terlihat lebih lebat, Zadrach mengingatkan bahwa fenomena sabuk awan dan monsun Asia ini bukan hal baru. Generasi terdahulu, kata dia, menyebutnya Pranoto Mongso. Kalender model ini dipakai untuk menentukan masa bercocok tanam yang harus sesuai dengan musim. Karena itu, dia menegaskan, tak ada yang istimewa dengan curah hujan kali ini. "Hanya Kota Jakarta saja yang semakin tak mampu menampung kucuran air hujan," kata dia.

ANTON WILLIAM


Anda sedang membaca artikel tentang

Monsun Asia Picu Hujan Jakarta?

Dengan url

http://teknologiseo.blogspot.com/2013/01/monsun-asia-picu-hujan-jakarta.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Monsun Asia Picu Hujan Jakarta?

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Monsun Asia Picu Hujan Jakarta?

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger